PENGARUH
PEMBERIAN JENIS AIR (AIR TAJIN & AIR EKSTRAK AKASIA) TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN SAWI HIJAU
A.
TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh air tajin terhadap laju pertumbuhan sawi hijau (Brassica sinensis).
2. Mengetahui pengaruh air ekstrak daun akasia terhadap laju pertumbuhan
sawi hijau (Brassica sinensis).
3. Mengetahui perbedaan pengaruh pemberian air tajin dan
air ekstrak daun akasia terhadap laju pertumbuhan sawi hijau (Brassica sinensis).
B.
DASAR TEORI
Sawi hijau termasuk divisi Spermatophyta, sub divisi
Angiospermae, kelas Dycotyledone, famili Cruciferae, genus Brassica, spesies Brassica
juncea dan varietas Rugosa (Bailey, 1963). Tanaman sawi bukan merupakan
tanaman musiman dan tersedia sepanjang tahun. Syarat yang penting untuk
bertanam sawi adalah tanah yang gembur, banyak mengandung zat organik (subur),
adanya aliran air yang baik, derajat keasaman tanah (pH) antara 5,5 – 6,5, dan
toleran terhadap hujan lebat (Ryder, 1979, Sunaryono dan Rismunandar, 1981,
Tindall, 1983).
1. Ekstrak alang-alang
Alang-alang
(Imperata cylindrica) merupakan gulma tahunan yang keberadaannya sangat tidak
dikehendaki oleh kaum petani khususnya. Tumbuhan ini banyak terdapat di lahan
pertanian di daerah tropis dan subtropis. Alang-alang dapat menghasilkan hormon
alelopati, yaitu zat yang dapat mematikan tumbuhan lain. Akibat pada suatu
lahan dapat terjadi monokultur, dan yang ada hanya alang-alang. Dengan mengacu
pada kemampuan alelopati untuk mematikan tumbuhan lain, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati yang terdapat pada rimpang
alang-alang terhadap pertumbuhan gulma teki (Cyperus rotundus) (Wijaya, 1998).
Pengaruh allelopati bagi tumbuhan:
a) Menghambat penyerapan hara oleh akar tanaman
b) Menghambat pembelahan sel
c) Menghambat
pertumbuhan tanaman
d) Menghambat
aktivitas fotosintesis
e) Memacu atau
menghambat respirasi
f) Mempengaruhi
sintesis protein
g) Menurunkan permeabilitas membran
h) Menghambat aktivitas enzim
i)
Menghambat
fiksasi N dan nitrifikasi (Soejono, 2007).
2. Air beras (tajin)
Komposisi kimia beras berbeda-beda tergantung pada varietas dan cara
pengolahannya. Selain sebagai sumber energi dan protein, beras juga mengandung
berbagai unsur mineral dan vitamin. Sebagian besar karbohidrat beras adalah
pati (85-90%) dan sebagian kecil adalah pentosan, selulosa, hemiselulosa dan
gula. Dengan demikian sifat fisikokimia beras terutama ditentukan oleh sifat
fisikokimia patinya. Protein adalah komponen kedua terbesar dari beras setelah
pati. Sebagian besar (80%) protein beras merupakan fraksi yang tidak larut
dalam air yang disebut protein glutein. Dibandingkan dengan biji-bijian
lainnya, kualitas protein beras lebih baik karena mengandung lisin-nya lebih
tinggi. Lisin tetap merupakan asam amino pembatas yang utama dalam beras meskipun
jumlahnya sedikit. Adapun penjelas logis dan ilmiah mengenai hal ini adalah
karena air cucian beras mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi.
Karbohidrat bisa jadi perantara terbentuknya hormon auksin dan giberelin.
Dua jenis bahan yang banyak digunakan dalam zat perangsang tumbuh (ZPT) buatan.
Auksin bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan pucuk dan kemunculan tunas baru
sedangkan giberelin berguna untuk merangsang pertumbuhan akar. Selain itu,air
bekas cucian beras juga mengandung vitamin B1. Vitamin B1 yang terkandung dalam
air bekas cucian beras memiliki peranan di dalam metabolisme dalam hal
mengkonversikan karbohidrat menjadi energy untuk menggerakkan aktivitas di
dalam tanaman. Sehingga dengan demikian, tanaman yang megalami stres karena
kondisi bare root (pengiriman tanpa media) ataupun dikarenakan pemindahan
tanaman ke media baru, segera melakukan aktifitas metabolisme untuk beradaptasi
dengan lingkungan ataupun media yang baru. Untuk tanaman yg sudah sehatpun akan
menjadi lebih tidak mudah stres. Vitamin B1 juga berfungsi agar tanaman tidak
mudah layu, yaitu memaksimalkan penyerapan nutrisi di dalam tanah dengan
kandungan vitamin B1 di dalam air bekas cucian beras tersebut.
C.
ALAT DAN BAHAN
1. Alat
:
a) Polybag
b) Skop
c) Mistar
d) Alat tulis
e) Kamera
2. Bahan
:
a) Biji sawi hijau
b) Tanah
c) Ekstrak alang-alang
d) Air tajin
e) Air
D.
PROSEDUR KERJA
1. Bibit tanaman sawi hijau berumur 1 minggu di tanam
dalam polybag.
2. Setiap polybang di beri label sebagai berikut :
Ø A : tanaman yang di siram dengan air ekstrak daun
akasia.
Ø T : Tanaman yang disiram dengan air tajin.
Ø K : tanaman kontrol, disiram dengan air keran.
3. Setiap tanaman di siram setiap hari sebanyak 5 tutup
botol aqua.
4. Pengukuran dilakukan setiap 1 minggu sekali.
5. Hasil pengukuran di catat dalam tabel dan di buat
grafik pertumbuhannya.
E.
HASIL PENGAMATAN
Pengukuran
/ Perlakuan
|
Air
Tajin
|
Air
Ekstrak Daun Akasia
|
Air
(Kontrol)
|
Awal penanaman
|
Tinggi 5 cm, jumlah daun 2 helai
|
Tinggi 5 cm, jumlah daun 2 helai
|
Tinggi 5 cm, jumlah daun 2 helai
|
Minggu 1
|
Tinggi 11 cm, jumlah daun 4 helai
|
Tinggi 7 cm, jumlah daun 3 helai
|
Tinggi 8,5 cm, jumlah daun 4 helai
|
Minggu 2
|
Tinggi 13 cm, jumlah daun 7 helai
|
Tinggi 8 cm, jumlah daun 4 helai
|
Tinggi 10 cm, jumlah daun 4 helai
|
Minggu 3
|
Tinggi 17 cm, jumlah daun 9 helai
|
Tinggi 10 cm, jumlah daun 6 helai
|
Tinggi 14 cm, jumlah daun 5 helai
|
Minggu 4
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
Minggu 5
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
Dst.
|
-
|
-
|
-
|
F. PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil pengukuran pada penelitian tersebut mengenai pengaruh air tajin dan air
ekstrak daun akasia terhadap laju pertumbuhan sawi hijau, dapat dipaparkan
bahwa tanaman sawi hijau (Brassica
sinensis) digunakan dalam penelitian ini karena tanaman tersebut merupakan
sayuran yang tahan terhadap kondisi lingkungan yang berbeda-beda dan dapat
hidup diberbagai tempat. Laju pertumbuhan sawi hijau tergolong cepat dan
bibitnya mudah didapat dipasaran. Sehingga penilitian ini dapat dilakukan
dengan efektif dan seefisien mungkin. Penelitian ni ditunjukkan untuk
mengetahui laju pertumbuhan sawi hijau yang diberi air tajin dan tanaman yang
diberi air ekstrak daun akasia.
Tanaman
yang diteliti pada awalnya memiliki umur dan ukuran yang sama yaitu umur 1
minggu dengan tinggi 5 cm dan memiliki daun sebanyak 2 helai. Daun tersebut
erupakan daun pertama, pengukuran tanaman dilakukan 1 minggu satu kali diberi
perlakuan setiap hari dengan akdar yang sama banyaknya. Hasil pengukuran
pertama menunjukkan bahwa pada tanaman T (diberi air tajin) mengalami
pertumbuhan yang cepat yaitu dengan tinggi 1 cm dan jumlah daun 4 helai. Sedangkan
pada tanaman A (Tanaman yang diberi air ekstrak daun akasia) menunjukkan tinggi
7 cm dengan jumlah daun sebanyak 3 helai. Dan untuk tanaman K (Tanaman kontrol yang
diberi air biasa) menunjukkan tinggi 8,5 cm dengan
jumlah daun sebanyak 4 helai. Kemudian pada minggu kedua tinggi tanaman
Tmenjadi 13 cm dengan 7 helai daun, tanaman A menjadi 8 cm dengan 4 helai daun.
Pada minggu ketiga, hasil pengukuran menunjukkan tanaman T menjadi 17 cm dengan
9 helai daun. Tinggi tanaman A menjadi 10 cm dengan 6 helai daun dan tinggi
tanaman K menajadi 14 cm dengan 5 helai daun. Pengukuran pada penilitian ini
tidak sesuai dengan jumlah pengukuran yang direncanakan yaitu sekitar 6-8
minggu. Hal ini terjadi karena penelitian diulang kembali setelah penelitian
sebelumnya mengalami kegagalan akibat matinya tanaman yang diteliti oleh
serangan hama.
Berdasarkan
data yang diperoleh terlihat adanya perbedaan laju pertumbuhan antara tanaman
yang diberi air tajin dengan tanaman yang disiram air daun ekstrak akasia.
Tanaman yang disiram dengan air tajin pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan
dengan pertumbuhan pada tumbuhan yang disiram dengan air ekstrak daun akasia.
Grafik pertumbuhan menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman dengan diberi air
tajin berada diatas garis pertumbuhan kontrol, sedangkan garis pertumbuhan
tanaman yang diberi air ekstrak daun akasia berada dibawah garis pertumbuhan
tanaman kontrol. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu mengenai pengaruh
air tajin terhadap pertumbuhan kecambah serta pengaruh air ekstrak daun akasia
terhadap pertumbuhan perkecambahan.
Perbedaan
laju pertumbuhan pada tumbuhan, yang diberi air tajin dengan laju pertumbuhan
pada tumbuhan yang diberi air ekstrak daun aksia terjadi karena pengaruh jenis
air yang diberikan. Air tajin mengandung vitamin B1 yang sangat baik untuk
pertumbuhan sedangkan air ekstrak daun akasia mengandung senyawa alelopati yang
sifatnya menghambat pertumbuhan. Jadi sudah sangat jelas perbedaan pemberian
jenis air sangat mempengaruhi laju pertumbuhan.
Menurut
Arif (2013) kandungan vitamin B1 dalam air tajin (air cucian beras) memegang
peranan penting dalam metabolisme tubuh tumbuhan. Metabolisme yang terjadi
yaitu dalam hal mengkonversikan karbohidrat menajdi energi untuk menggerakkan
aktifitas didalam tanaman. Dengan demikian, pemberian air tajin menjadi suplemen
bagi pertumbuhan tanaman, sedangkan air ekstrak daun akasia mengandung senyawa
alelokimia. Senyawa ini merupakan mekanisme pertahanan hidup dan bersifat
penghmabat bahkan bersifat racun bagi tumbuhan lain. Dengan demikian tanaman
dengan menggunakan air ekstrak daun akasia pertumbuhannya akan terhambat,
sehingga laju pertumbuhannya menjadi lamabat. Karena alelopati dari akasia
dapat mengganggu atau menghambat penyerapan unsur hara, menghambat pembuluh
sel-sel pada akar, menghambat pembesaran sel tumbuhan, menghambat respirasi
akar dan lain-lain.
Pertumbuhan
sawi hijau yang dijadikan sebagai tanaman kontrol dengan diberi air biasa
mengalami laju pertumbuhan normal yaitu tidak cepat namun juga tidak lambat.
Hal ini terjadi karena tanaman kontrol tidak diberi suplemen tambahan atau
penghambat pertumbuhan, sehingga dapat dijadikan patokan dari penelitian ini.
Dengan demikian pengaruh jenis air
dapat dikatakan mempunyai pengaruh besar terhadap laju pertumbuhan suatu
tanaman. Namun tergantung ketersediaan dan kandungan jenis air yang diberikan.
G.
KESIMPULAN
1. Pemberian jenis air terhadap tanman berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan tanaman tersebut
2. Tanaman yang diberi air tajin mengalami laju
pertumbuhan paling cepat, sedangkan tanaman sawi hijau yang diberi air ekstrak
daun akasia mengalami hambatan laju pertumbuhan sehingga pertumbuhannya paling
rendah.
3. Air tajin bersifat suplemen sedangkan air daun ekstrak
akasia bersifat penghambat.
DAFTAR PUSTAKA
Ryder, E.J. 1979. Leafy Salad Vegetables. The AVI
Publishing Company, Inc., Westport, Connecticut.
Sunaryono, H. dan Rismunandar.
1981. Kunci Bercocok Tanam Sayur-Sayuran Penting di Indonesia. CV Sinar Baru,
Bandung
Tindall,
H.D. 1983. Vegetables in Tropics. Mc Millan Press Ltd., Hongkong.
Wijaya, F.H. 1998. Pemanfaatan Allelopati Pada Rimpang
Alang-Alang (Imperata cylindrica) sebagai herbisida Organik Pengendali Gulma
Teki (Cyperus rotundus). SMU Nusantara .Magelang
Anonim (punyanya air tajin) : http://ndah-smile.blogspot.com/2013/10/penelitian-fisiologi-tumbuhan-pengaruh.html (Diakses : 25 Mei 2015)
Anonim :
Wikipedia.com/2014/Etiolasi.html.(Diakses : 26 April 2015)
Wikipedia.com/2014/Fototropisme.html.(Diakses:26
April 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar