Senin, 19 Oktober 2015

Eksperimen Fisiologi Tumbuhan



PENGARUH PEMBERIAN JENIS AIR (AIR TAJIN & AIR EKSTRAK AKASIA) TERHADAP  LAJU PERTUMBUHAN SAWI HIJAU
A.    TUJUAN
1.      Mengetahui pengaruh air tajin terhadap laju pertumbuhan sawi hijau (Brassica sinensis).
2.      Mengetahui pengaruh air ekstrak daun akasia terhadap laju pertumbuhan sawi hijau (Brassica sinensis).
3.      Mengetahui perbedaan pengaruh pemberian air tajin dan air ekstrak daun akasia terhadap laju pertumbuhan sawi hijau (Brassica sinensis).
B.     DASAR TEORI
Sawi hijau termasuk divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dycotyledone, famili Cruciferae, genus Brassica, spesies Brassica juncea dan varietas Rugosa (Bailey, 1963). Tanaman sawi bukan merupakan tanaman musiman dan tersedia sepanjang tahun. Syarat yang penting untuk bertanam sawi adalah tanah yang gembur, banyak mengandung zat organik (subur), adanya aliran air yang baik, derajat keasaman tanah (pH) antara 5,5 – 6,5, dan toleran terhadap hujan lebat (Ryder, 1979, Sunaryono dan Rismunandar, 1981, Tindall, 1983).
1.      Ekstrak alang-alang
Alang-alang (Imperata cylindrica) merupakan gulma tahunan yang keberadaannya sangat tidak dikehendaki oleh kaum petani khususnya. Tumbuhan ini banyak terdapat di lahan pertanian di daerah tropis dan subtropis. Alang-alang dapat menghasilkan hormon alelopati, yaitu zat yang dapat mematikan tumbuhan lain. Akibat pada suatu lahan dapat terjadi monokultur, dan yang ada hanya alang-alang. Dengan mengacu pada kemampuan alelopati untuk mematikan tumbuhan lain, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alelopati yang terdapat pada rimpang alang-alang terhadap pertumbuhan gulma teki (Cyperus rotundus) (Wijaya, 1998).
Pengaruh allelopati bagi tumbuhan:
a)      Menghambat penyerapan hara oleh akar tanaman
b)      Menghambat pembelahan sel
c)       Menghambat pertumbuhan tanaman
d)      Menghambat aktivitas fotosintesis
e)       Memacu atau menghambat respirasi
f)        Mempengaruhi sintesis protein
g)      Menurunkan permeabilitas membran
h)      Menghambat aktivitas enzim
i)        Menghambat fiksasi N dan nitrifikasi (Soejono, 2007).
2.      Air beras (tajin)
Komposisi kimia beras berbeda-beda tergantung pada varietas dan cara pengolahannya. Selain sebagai sumber energi dan protein, beras juga mengandung berbagai unsur mineral dan vitamin. Sebagian besar karbohidrat beras adalah pati (85-90%) dan sebagian kecil adalah pentosan, selulosa, hemiselulosa dan gula. Dengan demikian sifat fisikokimia beras terutama ditentukan oleh sifat fisikokimia patinya. Protein adalah komponen kedua terbesar dari beras setelah pati. Sebagian besar (80%) protein beras merupakan fraksi yang tidak larut dalam air yang disebut protein glutein. Dibandingkan dengan biji-bijian lainnya, kualitas protein beras lebih baik karena mengandung lisin-nya lebih tinggi. Lisin tetap merupakan asam amino pembatas yang utama dalam beras meskipun jumlahnya sedikit. Adapun penjelas logis dan ilmiah mengenai hal ini adalah karena air cucian beras mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi.
Karbohidrat bisa jadi perantara terbentuknya hormon auksin dan giberelin. Dua jenis bahan yang banyak digunakan dalam zat perangsang tumbuh (ZPT) buatan. Auksin bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan pucuk dan kemunculan tunas baru sedangkan giberelin berguna untuk merangsang pertumbuhan akar. Selain itu,air bekas cucian beras juga mengandung vitamin B1. Vitamin B1 yang terkandung dalam air bekas cucian beras memiliki peranan di dalam metabolisme dalam hal mengkonversikan karbohidrat menjadi energy untuk menggerakkan aktivitas di dalam tanaman. Sehingga dengan demikian, tanaman yang megalami stres karena kondisi bare root (pengiriman tanpa media) ataupun dikarenakan pemindahan tanaman ke media baru, segera melakukan aktifitas metabolisme untuk beradaptasi dengan lingkungan ataupun media yang baru. Untuk tanaman yg sudah sehatpun akan menjadi lebih tidak mudah stres. Vitamin B1 juga berfungsi agar tanaman tidak mudah layu, yaitu memaksimalkan penyerapan nutrisi di dalam tanah dengan kandungan vitamin B1 di dalam air bekas cucian beras tersebut.

C.    ALAT DAN BAHAN
1.      Alat :
a)      Polybag
b)      Skop
c)      Mistar
d)     Alat tulis
e)      Kamera
2.      Bahan :
a)      Biji sawi hijau
b)      Tanah
c)      Ekstrak alang-alang
d)     Air tajin
e)      Air
D.    PROSEDUR KERJA
1.      Bibit tanaman sawi hijau berumur 1 minggu di tanam dalam polybag.
2.      Setiap polybang di beri label sebagai berikut :
Ø  A : tanaman yang di siram dengan air ekstrak daun akasia.
Ø  T : Tanaman yang disiram dengan air tajin.
Ø  K : tanaman kontrol, disiram dengan air keran.
3.   Setiap tanaman di siram setiap hari sebanyak 5 tutup botol aqua.
4.   Pengukuran dilakukan setiap 1 minggu sekali.
5.   Hasil pengukuran di catat dalam tabel dan di buat grafik pertumbuhannya.



E.     HASIL PENGAMATAN
Pengukuran / Perlakuan
Air Tajin
Air Ekstrak Daun Akasia
Air (Kontrol)
Awal penanaman
Tinggi 5 cm, jumlah daun 2 helai

Tinggi 5 cm, jumlah daun 2 helai

Tinggi 5 cm, jumlah daun 2 helai

Minggu 1
Tinggi 11 cm, jumlah daun 4 helai

Tinggi 7 cm, jumlah daun 3 helai

Tinggi 8,5 cm, jumlah daun 4 helai

Minggu 2
Tinggi 13 cm, jumlah daun 7 helai

Tinggi 8 cm, jumlah daun 4 helai

Tinggi 10 cm, jumlah daun 4 helai

Minggu 3
Tinggi 17 cm, jumlah daun 9 helai

Tinggi 10 cm, jumlah daun 6 helai

Tinggi 14 cm, jumlah daun 5 helai

Minggu 4
Tanaman mati
Tanaman mati
Tanaman mati
Minggu 5
Tanaman mati
Tanaman mati
Tanaman mati
Dst.
-
-
-

F.     PEMBAHASAN
           Berdasarkan hasil pengukuran pada penelitian tersebut mengenai pengaruh air tajin dan air ekstrak daun akasia terhadap laju pertumbuhan sawi hijau, dapat dipaparkan bahwa tanaman sawi hijau (Brassica sinensis) digunakan dalam penelitian ini karena tanaman tersebut merupakan sayuran yang tahan terhadap kondisi lingkungan yang berbeda-beda dan dapat hidup diberbagai tempat. Laju pertumbuhan sawi hijau tergolong cepat dan bibitnya mudah didapat dipasaran. Sehingga penilitian ini dapat dilakukan dengan efektif dan seefisien mungkin. Penelitian ni ditunjukkan untuk mengetahui laju pertumbuhan sawi hijau yang diberi air tajin dan tanaman yang diberi air ekstrak daun akasia.
           Tanaman yang diteliti pada awalnya memiliki umur dan ukuran yang sama yaitu umur 1 minggu dengan tinggi 5 cm dan memiliki daun sebanyak 2 helai. Daun tersebut erupakan daun pertama, pengukuran tanaman dilakukan 1 minggu satu kali diberi perlakuan setiap hari dengan akdar yang sama banyaknya. Hasil pengukuran pertama menunjukkan bahwa pada tanaman T (diberi air tajin) mengalami pertumbuhan yang cepat yaitu dengan tinggi 1 cm dan jumlah daun 4 helai. Sedangkan pada tanaman A (Tanaman yang diberi air ekstrak daun akasia) menunjukkan tinggi 7 cm dengan jumlah daun sebanyak 3 helai. Dan untuk tanaman K (Tanaman kontrol yang  diberi  air biasa) menunjukkan tinggi 8,5 cm dengan jumlah daun sebanyak 4 helai. Kemudian pada minggu kedua tinggi tanaman Tmenjadi 13 cm dengan 7 helai daun, tanaman A menjadi 8 cm dengan 4 helai daun. Pada minggu ketiga, hasil pengukuran menunjukkan tanaman T menjadi 17 cm dengan 9 helai daun. Tinggi tanaman A menjadi 10 cm dengan 6 helai daun dan tinggi tanaman K menajadi 14 cm dengan 5 helai daun. Pengukuran pada penilitian ini tidak sesuai dengan jumlah pengukuran yang direncanakan yaitu sekitar 6-8 minggu. Hal ini terjadi karena penelitian diulang kembali setelah penelitian sebelumnya mengalami kegagalan akibat matinya tanaman yang diteliti oleh serangan hama.
           Berdasarkan data yang diperoleh terlihat adanya perbedaan laju pertumbuhan antara tanaman yang diberi air tajin dengan tanaman yang disiram air daun ekstrak akasia. Tanaman yang disiram dengan air tajin pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan pada tumbuhan yang disiram dengan air ekstrak daun akasia. Grafik pertumbuhan menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman dengan diberi air tajin berada diatas garis pertumbuhan kontrol, sedangkan garis pertumbuhan tanaman yang diberi air ekstrak daun akasia berada dibawah garis pertumbuhan tanaman kontrol. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu mengenai pengaruh air tajin terhadap pertumbuhan kecambah serta pengaruh air ekstrak daun akasia terhadap pertumbuhan perkecambahan.
           Perbedaan laju pertumbuhan pada tumbuhan, yang diberi air tajin dengan laju pertumbuhan pada tumbuhan yang diberi air ekstrak daun aksia terjadi karena pengaruh jenis air yang diberikan. Air tajin mengandung vitamin B1 yang sangat baik untuk pertumbuhan sedangkan air ekstrak daun akasia mengandung senyawa alelopati yang sifatnya menghambat pertumbuhan. Jadi sudah sangat jelas perbedaan pemberian jenis air sangat mempengaruhi laju pertumbuhan.
           Menurut Arif (2013) kandungan vitamin B1 dalam air tajin (air cucian beras) memegang peranan penting dalam metabolisme tubuh tumbuhan. Metabolisme yang terjadi yaitu dalam hal mengkonversikan karbohidrat menajdi energi untuk menggerakkan aktifitas didalam tanaman. Dengan demikian, pemberian air tajin menjadi suplemen bagi pertumbuhan tanaman, sedangkan air ekstrak daun akasia mengandung senyawa alelokimia. Senyawa ini merupakan mekanisme pertahanan hidup dan bersifat penghmabat bahkan bersifat racun bagi tumbuhan lain. Dengan demikian tanaman dengan menggunakan air ekstrak daun akasia pertumbuhannya akan terhambat, sehingga laju pertumbuhannya menjadi lamabat. Karena alelopati dari akasia dapat mengganggu atau menghambat penyerapan unsur hara, menghambat pembuluh sel-sel pada akar, menghambat pembesaran sel tumbuhan, menghambat respirasi akar dan lain-lain.
           Pertumbuhan sawi hijau yang dijadikan sebagai tanaman kontrol dengan diberi air biasa mengalami laju pertumbuhan normal yaitu tidak cepat namun juga tidak lambat. Hal ini terjadi karena tanaman kontrol tidak diberi suplemen tambahan atau penghambat pertumbuhan, sehingga dapat dijadikan patokan dari penelitian ini.
           Dengan demikian pengaruh jenis air dapat dikatakan mempunyai pengaruh besar terhadap laju pertumbuhan suatu tanaman. Namun tergantung ketersediaan dan kandungan jenis air yang diberikan.
G.    KESIMPULAN
1.      Pemberian jenis air terhadap tanman berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tanaman tersebut
2.      Tanaman yang diberi air tajin mengalami laju pertumbuhan paling cepat, sedangkan tanaman sawi hijau yang diberi air ekstrak daun akasia mengalami hambatan laju pertumbuhan sehingga pertumbuhannya paling rendah.
3.      Air tajin bersifat suplemen sedangkan air daun ekstrak akasia bersifat penghambat.  
DAFTAR PUSTAKA
Ryder, E.J. 1979. Leafy Salad Vegetables. The AVI Publishing Company, Inc., Westport, Connecticut.
Sunaryono, H. dan Rismunandar. 1981. Kunci Bercocok Tanam Sayur-Sayuran Penting di Indonesia. CV Sinar Baru, Bandung
Tindall, H.D. 1983. Vegetables in Tropics. Mc Millan Press Ltd., Hongkong.
Wijaya, F.H. 1998. Pemanfaatan Allelopati Pada Rimpang Alang-Alang (Imperata cylindrica) sebagai herbisida Organik Pengendali Gulma Teki (Cyperus rotundus). SMU Nusantara .Magelang
Anonim (punyanya air tajin) : http://ndah-smile.blogspot.com/2013/10/penelitian-fisiologi-tumbuhan-pengaruh.html (Diakses : 25 Mei 2015)
Anonim : Wikipedia.com/2014/Etiolasi.html.(Diakses : 26 April 2015)
Wikipedia.com/2014/Fototropisme.html.(Diakses:26 April 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar