
Degradasi tanah adalah suatu proses yang menjelaskan fenomena penurunan
kapasitas tanah pada saat sekarang atau saat yang akan datang,
dalam mendukung kehidupan manusia yang dipengaruhi
aktifitas manusia. (Oldeman et.al., 1991 dalam van Lynden, 2000).
Secara umum,
degradasi tanah berarti penurunan kualitas tanah, dalam arti menghilangnya satu
atau lebih fungsi tanah (Blumm, 1988 dalam van Lynden, 2000).
Kualitas tanah dapat dinilai berdasarkan fungsi tanah yang berhubungan
dengan ekologi dan fungsi tanah yang berhubungan dengan aktivitas
manusia.
Sedangkan degradasi lahan adalah hasil satu atau
lebih proses terjadinya penurunan kemampuan tanah secara aktual maupun potensial
untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi tanah
antara lain faktor alami dan faktor manusia.


Gambar : Degradasi Tanah
Barrow (1991) secara lebih rinci
menyatakan bahwa faktor-faktor utama penyebab degradasi lahan adalah:
1. Bahaya
alami
2. Perubahan jumlah populasi manusia
3. Marjinalisasi
tanah
4. Kemiskinan
5. Status
kepemilikan tanah
6. Ketidakstabilan
politik dan masalah administrasi
7. Kondisi
sosial ekonomi
8. Masalah
kesehatan
9. Praktek
pertanian yang tidak tepat, dan
10.
Aktifitas
pertambangan dan industri.
Degradasi lahan disebabkan oleh 3
(tiga) aspek yaitu aspek fisik kimia dan biologi. Degradasi secara fisik
terdiri dari :
1. Pemadatan,
2. Pengerakan,
3. Ketidakseimbangan
air,
4. Terhalangnya
aerasi,
5. Aliran
permukaan, dan
6. Erosi.
Degradasi
kimiawi terdiri dari :
1. Asidifikasi,
2. Pengurasan
unsur hara,
3. Pencucian,
4. Ketidakseimbangan
unsur hara dan
5. Keracunan,
salinisasi, dan alkalinisasi.
Degradasi
biologis meliputi :
1. Penurunan karbon organik tanah,
2. Penurunan
keanekaragaman hayati tanah dan
3. Penurunan
karbon biomas.
Faktor terjadinya erosi menurut
Prof.Dr.Ir.H. Suntoro Wongso Atmojo. MS. Dalam tulisannya “degradasi lahan dan
ancaman bagi pertanian”, antara lain :
1. Erosi. erosi
tanah merupakan penyebab kemerosotan tingkat produktivitas lahan DAS bagian
hulu, yang akan berakibat terhadap luas dan kualitas lahan kritis semakin
meluas. Penggunaan lahan diatas daya dukungnya tanpa diimbangi dengan upaya
konservasi dan perbaikan kondisi lahan sering akan menyebabkan degradasi lahan
Misalnya lahan didaerah hulu dengan lereng curam yang hanya sesuai untuk hutan,
apabila mengalami alih fungsi menjadi lahan pertanian tanaman semusim
akan rentan terhadap bencana erosi dan atau tanah longsor. Gambar :

2. Pencemaran Agrokimia.
Pada tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat
disebabkan karena penggunaan agrokimia (pupuk dan pestisida) yang tidak
proporsional. Pada tahun enampuluhan terjadilah biorevolusi dibidang pertanian,
yang dikenal dengan revolusi hijau dan telah berhasil merubah pola pertanian
dunia secara spektakuler, yaitu dengan dikenalkannya penggunaan agrokimia, baik
berupa pupuk kimia maupun obat-obatan (insektisida).
Namun, dampak
penggunaan agrokimia mulai dirasakan antara lain berupa pencemaran air, tanah,
dan hasil pertanian, gangguan kesehatan petani, menurunya keanekaragaman
hayati, ketidak berdayaan petani dalam pengadaan bibit, pupuk kimia dan dalam
menentukan komoditas yang akan ditanam. Gambar pencemaran agrokimia :

3. Pencemaran Industri. Pencemaran
dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat juga disebabkan karena
kegiatan industri. Pengembangan sektor industri akan berpotensi menimbulkan
dampak negatip terhadap lingkungan pertanian kita, dikarenakan adanya limbah cair,
gas dan padatan yang asing bagi lingkungan pertanian. Gambar pencemaran
indrusti :

Dampak yang ditimbulkan dapat berupa gas buang seperti
belerang dioksida (SO2) akan menyebabkan terjadinya hujan asam dan akan merusak
lahan pertanian. Disamping itu, adanya limbah cair dengan kandungan logam berat
beracun (Pb, Ni, Cd, Hg) akan menyebabkan degradasi lahan pertanian dan
terjadinya pencemaran dakhil. Limbah cair ini apa bila masuk ke badan air
pengairan.
4. Pertambangan dan galian C. Dampak
negatif pertambangan dapat berupa rusaknya permukaan bekas penambangan yang
tidak teratur, hilangnya lapisan tanah yang subur, dan sisa ekstraksi (tailing)
yang akan berpengaruh pada reaksi tanah dan komposisi tanah. Sisa ektraksi ini
bisa bereaksi sangat asam atau sangat basa, sehingga akan berpengaruh pada
degradasi kesuburan tanah. Gambar pertambangan dan galian :

5. Alih fungsi lahan. Konversi
lahan pertanian yang semakin meningkat akhir-akhir ini merupakan salah satu
ancaman terhadap keberlanjutan pertanian. Salah satu pemicu alih fungsi lahan
pertanian ke penggunaan lain adalah rendahnya isentif bagi petani dalam
berusaha tani dan tingkat keuntungan berusahatani relatif rendah. Selain itu,
usaha pertanian dihadapkan pada berbagai masalah yang sulit diprediksi dan
mahalnya biaya pengendalian seperti cuaca, hama dan penyakit, tidak tersedianya
sarana produksi dan pemasaran. Alih fungsi lahan banyak terjadi justru pada
lahan pertanian yang mempunyai produktivitas tinggi menjadi lahan
non-pertanian.
Dengan demikian
masalah lahan kritis masyarakat terjadi karena pola pemanfaatan yang tidak
tepat yakni kurang memperhatikan daya dukung dan kesesuaian lahan, yang
disebabkan karena aspek ekonomi yakni kemiskinan dan kekurangpahaman terhadap
teknik konservasi. Gambar pencemaran lingkungan :


1. Perubahan kondisi
iklim
Tumbuhan berfungsi untuk meningkatkan penguapan melalui
dedaunan (transpirasi) dan menyerap panas. Jika tumbuhan itu banyak ditebang
maka suhu udara akan berkurang dan penguapan semakin berkurang.
2. Hilangnya spesies
Spesies makhluk hidup yang ada di dalam hutan menjadi hilang atau bahkan
punah karena hutan sebagai habitatnya mengalami kerusakan. Sebagian hewan
bermigrasi ke wilayah lain yang kondisi hutannya lebih baik atau terpaksa masuk
ke pemukiman penduduk, merusak kebun atau mengganggu aktifitas manusia.
3. Kerugian ekonomi
yaitu dengan kehilangan berbagai
jenis spesies makhluk hidup karena rusaknya lahan menimbulkan kerugian yang tak
ternilai harganya.
4. Banjir
akan semakin sering terjadi karena berkurangnya
infiltrasi dan meningkatnya limpasan permukaan.
5. Berkembangnya
masalah kemiskinan di kalangan petan dengan Berkembangnya masalah kemiskinan di kalangan petani ini
ternyadi karena produktifitas lahannya terus menurun.
6.
Terjadinya erosi, terbukanya lahan karena kerusakan hutan memungkinkan
terjadinya erosi yang sangat intensif pada lahan sehingga tanah menjadi tidak
subur.
7.
Hilangnya nilai estetika, nilai estetika dari
keanekaragam tumbuhan dan hewan yang hidup pada suatu lahan menjadi hilang.
8.
Berkurangnya hasil-hasil hutan yang bernilai,
Hasil-hasil hutan yang secara ekonomi dapat memberikan
keuntungan seperti kayu, buah-buahan, dan tanaman obat akan berkurang atau bahkan hilang.
9.
Hilangnya lapisan
permukaan tanah yang subur, sehingga penjangkaran (pencengkraman) akar tanaman
tidak ada lagi. Selain itu, unsur-unsur hara juga ikut terhanyutkan. Akibatnya
tanah tidak subur lagi dan berkembang menjadi tanah yang tandus.
10. Akibat
selanjutnya adalah produksi pertanian menurun. Pengelolaan pertanian menjadi
lebih mahal karena banyak pupuk yang harus dibeli dalam rangka mengembalikan
produktivitasnya. Jika biaya produksi pertanian menjadi tinggi, maka menjadikan
kemiskinan bagi para petani.
Semakin berkurangnya alternatif
pengusahaan lahan, sebab jenis tanaman yang dapat tumbuh semakin terbatas. Karena
lahan garapannya sudah tidak subur, maka petani akan membuka hutan untuk dijadikan
sebagai lahan garapan baru. Hal ini sangat berbahaya untuk terjadinya erosi
kembali.
11. Hutan
semakin gundul dan erosi terus terjadi, akibatnya sumber air tanah semakin berkurang karena infiltrasi air tidak terjadi
lagi. Selanjutnya, air limpasan semakin banyak dan mengakibatkan bahaya banjir di bagian
hilir. Dengan demikian oleh karena itu
mulai sekarang kita harus peduli dengan alam.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar