Senin, 09 November 2015

media pembelajaran



MEDIA PEMBELAJARAN
 
                                                             MANAEMEN KELAS
 






oleh : 
Erina Qurrotul A'eni






Kementrian Agama Republik Indonesia
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon
 
















BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Amatembun (dalam Supriyanto,1991) “Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta mengembang tumbuhkan motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan”.
Pengelolaan kelas adalah suatu proses penyelenggaraan atau pengurusan ruang dimana dilakukan kegiatan belajar mengajar. Fungsi pengelolaan kelas sangat mendasar sekali, karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi kegiatan mengelola tingkah laku  peserta didik   dalam kelas untuk menciptakan  iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok.
Guru sebagai pengelola kelas merupakan orang yang mempunyai peranan yang strategis yaitu, orang yang merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di kelas. Orang yang akan mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek  peserta didik.
Proses pembelajaran dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas, baik melalui moving kelas maupun kelas permanen. Namun kegiatan di kelas merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang prosentasenya lebih besar jika dibandingkan dengan kegiatan di luar kelas. Oleh karena itu situasi kelas, sarana dan prasarana kelas sangat mendukung kelancaran jalannya proses pembelajaran. Kelancaran proses pembelajaran merupakan salah satu elemen yang mampu mendongkrak prestasi siswa, oleh karena itu diperlukan kerja sama antara guru bidang studi dengan wali kelas.
Wali kelas merupakan wakil dari pihak sekolah yang senantiasa diharapkan dapat mendampingi, memotifasi dan memonitor kegiatan siswa baik kegiatan KBM di kelas maupun kegiatan ekstra yang diselenggarakan di sekolah.

B.       Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dimaksud dengan manajemen kelas?
2.    Apakah tujuan, aspek, fungsi dan masalah dari manajemen kelas?
3.    Bagaimanakah bentuk pendekatan dalam manajemen kelas?
4.    Bagaimana syarat-syarat untuk menjadi wali kelas?
5.    Bagaimana implementasi pembelajaran di sekolah dasar?
C.      Tujuan
1.      Untuk menjelaskan pengertian manajemen kelas dalam pembelajaran.
2.      Untuk menjelaskan tujuan, aspek dan fungsi dari manajemen kelas.
3.      Untuk mendeskripsikan bentuk pendekatan dalam manajemen kelas.
4.      Untuk mengetahui syarat-syarat untuk menjadi wali kelas.
5.      Untuk mengetahui implementasi pembealajaran di sekolah dasar.



















BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen Wali Kelas Dalam Pembelajaran
A.      Pengertian Manajemen Kelas
Manajemen berasal dari kata management yang berarti pengelolaan, artinya proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Manajemen kelas adalah mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut untuk dapat belajar dengan efektif dan efisien. Menurut Suharsimi Arikunto (1988) suatu usaha yang dilakukan guru untuk membantu dalam menciptkan suatu kondisi belajar yang optimal.
Pengertian lain pula dikemukaan yaitu, sebagai proses seleksi tindakan yang diajukan guru dalam fungsinya. Sebagai penanggung jawab kelas dan seleksi penggunaan alat-alat belajar yang tepat dan sesuai dengan masalah yang terdapat pada karakteristik kelas yang dihadapi. Terdapat dua macam masalah pengelolaan kelas, yaitu :
1.    Masalah Individual :
a.    Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
b.    Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan).
c.    Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
d.   Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Dengan demikian masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok.
2.    Masalah Kelompok :
a.    Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
b.    Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
c.    Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya.
d.   "Membombong” anggota kelas yang melanggar norma kelompok.
e.    Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
f.     Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.
B.       Sikap Guru dan Pendekatan yang Digunakan dalam Pengelolaan Kelas
Untuk memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas hendaknya guru bersikap seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2006:185) yaitu :
1.    Hangat dan antusias, guru yang hangat dan akrab pada murid akan menunjukkan antusias pada tugasnya.
2.    Menggunakan kata-kata, tindakan, cara kerja dan bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan kegairahan murid untuk belajar.
3.    Bervariasi dalam penggunaan alat atau media pola interaksi antara guru dan murid.
4.    Guru luwes untuk mengubah strategi mengajarnya.
5.    Guru harus menekankan pada hal-hala yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negatif .
6.    Guru harus disiplin dalam segala hal.
Tipe kepemimpinan yang otoriter harus diubah menjadi lebih demokratis, karena tipe kepemimpinan otoriter menumbuhkan sikap agresif, tetapi murid hanya aktif apabila ada guru dan apabila guru yang demokratis maka semua aktivitasnya akan menurun. Tipe kepemimpinan guru yang demokratis lebih mungkin terbinanya sikap persahabatan guru dan murid dengan dasar saling mempercayai. Untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal guru harus menempatkan diri sebagai model, pengembang, perencana, pembimbing dan fasilitator. Guru sebagai pengelola kelas sudah menerapkan tiga pendekatan dalam pengelolaan kelas yaitu:
1.    Pendekatan Kekuasaan  
Sikap konsisten dari seorang guru untuk menjadikan norma atau aturan-aturan dalam kelas sebagai acuan untuk menegakkan kedisplinan.
2.    Pendekatan Ancaman
Dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman yang sifatnya mendidik
3.    Pendekatan Kebebasan
Suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja.
4.    Pendekatan Resep
Dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas.
5.    Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaannya akan mencegah munculnya masalah tingkah laku murid dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah.
6.    Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
 Sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik.
7.    Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas.
8.    Pendekatan Kerja Kelompok
Pendekatan kerja kelompok, dalam pendekatan ini guru menciptakan kondisi – kondisi yang memungkinkan kelompok yang produktif, selain itu guru juga harus dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik.
9.    Pendekatan elektis atau pluralistic
Pendekatan elektis yaitu guru kelas memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapi dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi yang lain mungkin mengkombinasikan ketiga pendekatan tersebut.
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya.

C.      Bagaimana Syarat-syarat untuk menjadi Wali Kelas
Guru yang menjadi wali kelas  dapat dilihat dari kemampuan administratif maupun faktor-faktor lain diantaranya :
1.    Perasaan Sayang
Rasa sayang menjadi  hal yang sangat penting untuk menjadi wali kelas. Jika rasa sayang guru sebagai wali di sekolah tembus pada anak didik kita, maka akan timbul simpati dan empati. Hal ini akan sangat berdampak pada kejiwaan anak-anak. Dengan perasaan sayang mampu mengatasi permasalahan yang terbilang rumit bahkan kesulitan dan problematika anak yang tidak disampaikan ke orang tuanya karena berbagai alasan akan mampu dicurhatkan ke guru wali kelasnya. Problematika yang disembunyikan anak akan dapat teratasi karena kerja sama dengan walikelas melalui bimbingan dan arahan.
2.    Bertanggung jawab
Beraneka ragam tanggung jawab yang harus dipikul seorang guru wali kelas, mulai dari manajemen administrasi kelas sampai dengan administrasi sekolah yaitu berupa limpahan tanggung jawab untuk menarik dan mengumpulkan iuran anak-anak. Misalnya uang untuk kegiatan kesiswaan, maka guru wali kelas mendapat mandat dari sekolah untuk mengelola kelas serta dari orang tua untuk ikut memimbing dan mengawasi selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Jelas tidaklah ringan yang harus dilakukan seorang wali kelas. Untuk itu tanpa memiliki rasa tanggung jawab akan menjadi mustahil terciptanya harapan sesuai dengan keinginan sekolah serta orang tua.
3.    Terbuka
Untuk menciptakan suasana keterbukaan, maka seorang wali kelas harus mampu membawa permasalahan yang dihadapi kelas diselesaikan secara terbuka dengan mengkaji permasalahan yang dihadapi. Menyelesaikan masalah tanpa membedakan anak satu dengan yang lainnya serta tanpa menutup-nutupi, artinya yang benar dikatakan benar yang salah dikatakan salah. Apabila berlaku tidak adil, maka akan terdapat kelompok-kelompok siswa yang biasanya akan sulit mengambil keputusan bersama karena masing-masing kelompok akan mencari kebenaran sendiri- sendiri.

4.    Disiplin dan Tepat Waktu
Menerapkan disiplin dan tepat waktu membutuhkan suatu sikap serta kesabaran. Bagaimana tidak? Di dalam kelas terdapat individu-individu yang terdiri dari karakter yang berbeda-beda oleh karena itu masing-masing siswa juga berbeda. Ada siswa yang sudah terbentuk kedisiplinannya di lingkungan keluarganya, namun tidak jarang yang terbiasa hidup bebas. Rendahnya sikap disiplin pada siswa akan tercermin pada saat-saat guru wali kelas meminta biodata untuk diisikan dalam data siswa. Pada saat mengumpulkan buku rapot, pada saat kelas mengadakan iuran-iuran dan banyak hal yang dapat digunakan sebagai patokan pada anak yang disiplin atau tidak. Dengan sikap wali kelas yang selalu tidak memberikan ruang waktu /tenggang diharapkan mampu merubah sikap anak yang kurang disiplin.
5.    Konsisten dalam Mengambil Keputusan
Permasalahan di kelas sering muncul tanpa disengaja misalnya jadwal piket yang tidak diterapkan seperti yang sudah ditentukan bersama. Bahkan sering juga dijumpai adanya konflik dengan guru pengajar di kelas (biasanya disebabkan oleh suasana KBM yang kurang mendukung) sehingga guru tidak mau mengajar di kelas. Hal-hal seperti itulah yang harus dibicarakan bersama dengan anak-anak di kelas sehingga permasalahan tidak meluas. Apabila tidak ditemukan jalan pemecahannya, maka guru wali kelas harus mengambil keputusan secara adil, namun secara konsisten memegang teguh pada keputusan yang telah diambil.
6.    Bijaksana
 Agar kita dapat bersikap bijaksana, maka dalam melihat setiap permasalahan dengan melihat dari banyak sisi, di mana terkadang dari sisi yang satu baik artinya tidak ada kendala, namun di sisi yang lain akan membawa dampak yang luas untuk masa yang akan datang. Misalnya kasus perkelahian antar teman sekelas, jika dilihat dari sisi manapun perkelahian tetap salah, namun selaku wali kelas harus mampu melihat sisi-sisi lain dari timbulnya perkelahian ini agar tidak terulang lagi.
7.    Mau Mendengarkan
Mendengarkan anak didik, maka akan menjadi jalan dalam menemukan titik terang dari adanya konflik-konflik kecil di kelas. Di samping itu adanya keinginan-keinginan anak yang perlu dibimbing dan diarahkan serta memudahkan, dalam mencari solusi atas problematika yang dihadapi anak didik. Karena dengan menjadi pendengar yang baik, maka si anak akan terbuka dalam mengutarakan pendapatnya serta mau mendengarkan juga atas nasehat-nasehat yang kita berikan. Dengan mendengarkan keluh kesahnya, suka citanya, maka akan terjalin komunikasi dua arah yang saling menguntungkan sehingga rasa sayang layaknya orang tua kepada anaknya akan tumbuh dan berkemang, hingga mampu menjadi bahan evaluasi maupun perbaikan diri pribadi ke arah yang positif.

8.      Mampu memberi Wawasan dan Wacana Minimnya pengetahuan.
Rendahnya kualitas sosial dan ekonomi mengakibatkan sempitnya wawasan dan wacana kehidupan ke depan. Sehingga akan cenderung memikirkan sesaat bukan sebaliknya yaitu dampak untuk masa-masa yang akan datang. Dengan minimnya wawasan dan wacana, maka akan timbul pola hidup yang simpel bahkan akan cenderung mudah pasrah dengan keadaan, tanpa suatu usaha dan kerja yang sungguh-sungguh. Misalnya rendahnya wawasan akan pentingnya pendidikan, akan mengakibatkan anak malas untuk sekolah dan rendahnya motovasi belajar.
9.      Mampu Mengontrol, Mengevaluasi, dan Memperbaiki Kontrol kepada anak didik
Mengontrol dalam hal ini tidak harus dengan mengintai tingkah lakunya sehari-hari, namun bisa dilakukan dengan menjalin komunikasi dengan anak atau melihat perkembangan anak maupun menjalin komunikasi dengan orang tua.
 Evaluasi dapat dilakukan dengan mengajak secara bersama-sama apa-apa saja yang telah dilakukan, dan apa yang harus dilakukan serta bagaimana cara melakukan  agar semua kepentingan yang berbeda-beda tercover semua. Akhirnya semua dengan sadar akan melakukan penilaian guna perbaikan, baik itu bersifat personal maupun bersifat untuk kepentingan bersama.
D.  Implementasi Pembelajaran di Sekolah Dasar
1.      Persiapan
Persiapan pelaksanaan kegiatan pembelakaran adalah rencana yang digunakan untuk merealisasikan rancangan yang telah disusun dalam silabus. Silabus merupakan serangkaian kegiatan atau pengalaman belajaar yang harus dilewati untuk mencapai ketuntasan kompetensi. Diantaranya membuat rencana pelaksanaan silabus dalam program tahunan dan semester pada tiap mata pelajaran serta membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2.      Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk merealisasikan rancangan yang telah disusun baik di dalam silabus maupun rencana pembelajaran.
a.       Pembelajaran Active Learning
b.      Pembelaajaran Kreatif
c.       Pembelajaran yang Efektif
d.      Pembelajaran yang menyenangkan.
3.      Konsep penilaian (Evaluasi)
Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang penguimpulan dan penafsiran informasi untuk menilai (assess) keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu system pengajaran.
Dalam rangka merancang system pengajaran, setelah tujuan-tujuan dirumuskan, langkah pertama yang harus dikerjakan adalah mempersispkan rencana evaluasi yang menyeluruh sebagai rencana awal. Untuk mengukur prestasi belajar siswa. Dibutuhkan suatu alat ukur yang akurat, yang dapat diandalkan. penyusunan suatu instrument pengukuran harus memahami persyaratan tertentu antara lain :
1.      Validitas
2.      Reabilitas
3.      Objektivitas
4.      Pembedaan (diferensiasi)
Evaluasi diharapkan dapat memberikan gambaran posisi siswa dalam alur proses pembelajaran dan diarahakan pada indikator kompetensi pencapaian belajar siswa serta perubahan terhadap tingkah laku (sikap). Evaluasi hendaknya memenuhi kepatutan sebagai penilaian yang absah, terhandal dan objektif. Keabsahan sebuah penilaian itu akan tergantung pada jumblah bukti yang dijadikan landasan evaluasi tersebut.




Hasil Observasi
Observasi ini telah dilakukan di sekolah dasar atau SD Karangmulya Majasem Cirebon. Dengan dilakukannya wawancara kapada narasumber seorang guru matematika yang merangkap pula menjadi wali kelas di kelas 4 SD tersebut adalah beranama Ibu Ina. Demikian isi wawancara dari obeservasi kami kepada  sekolah tersebut.
Observer          : Apa syarat-syarat untuk guru yang berhak menjadi wali kelas?
Ibu Ina            : Syarat-syarat menjadi seorang wali kelas
a.     Pendidikan linier
b.     Tidak ada persyaratn khusus
c.     Adanya tugas dari kepala sekolah
d.    Biasanya perempuan untuk menjadi wali kelas 1
e.     Untuk menjadi wali kelas 6 dipilih yang lebih senior.
Observer          : Kapan masa jabatan bagi wali kelas?
Ibu Ina            : Masa jabatan menjadi seorang wali kelas, adanya kebijakan dari  kepala sekolah dan ada pertimbangan dari kepala sekolah untuk kurikulum 2013 wali kelas tetap dan tidak akan ada perubahan
Observer          : Bagaimana dalam memanajmen kelas pada proses pembelajaran?
Ibu Ina            : Dengan cara mengetahui karakteristik peserta didik, pengelolaan kelas dengan bak dan menghidupkannya supaya siswanya bisa aktif dalam belajar serta menjaga hubungan baik dengan orang tua murid.
Observer         : Bagaimana untuk menjadi pribadi yang baik sebagai seorang wali kelas?
Ibu Ina            : Pribadi yang baik itu ya yang sesuai dengan kompeten kita. Contohnya dalam sikap, dengan apa yang peserta didik lihat seperti dalam tata cara berpakaian pun harus terpenuhi sehingga terlihat rapih. Tidak mencontohkan suatu hal yang buruk, karena pada saat usia dini rasa ingin tahu mereka sangat besar dengan apa yg dilihat dan dicontohkan. Serta menjaga hubungan baik pula dengan orang tua peserta didik.
Observer                      : Bagaimana menangani masalah peserta didik dalam menegelola kelas pada saat belajar pembelajaran?
Ibu Ina                        : Mengetahui karakter pribadi siswa, menanamkan iman dan taqwa, cara berpakaian rapih,berhubungan baik dengan guru. Bimbingan konseling dalam pembelajaran yaitu ditanamkan solat, adanya evaluasi, ulangan harian.
Observer                      : Apakah ibu punya trik khusus untuk menjadikan para peserta didik menjadi lebih baik lagi serta bagaimana untuk menangani sikap anak didik yang sedikit melanggar peraturan seperti bermain game online, dan lain-lain?
Ibu Ina            : Awalnya hanya menyangkup semua kegiatan yang ada di sekolah kemudian diberi hadiah atau penghargaan berupa reward, diantaranya bintang hitam dan bintang putih. Contohnya ibadah dalam shalat. Untuk bintang putihbagi yang rajin sedangkan untuk bintang hitam bagi anak yang malas atau tidak shalat. Untuk contohnya reward, mudah-mudahan bagi anak yg melanggar bisa berubah dengan adanya motivasi itu walaupun keinginannya masih ke bintang belum ke perubahan. Tapi semoga berhasil karna biasa itu menjadi ala terbiasa.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar