MEDIA PEMBELAJARAN
MANAEMEN KELAS
oleh :
Erina Qurrotul A'eni
Kementrian Agama Republik Indonesia
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai tenaga profesional, seorang
guru dituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan
kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Menurut
Amatembun (dalam Supriyanto,1991) “Pengelolaan kelas adalah upaya yang
dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta mengembang tumbuhkan
motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan”.
Pengelolaan kelas adalah suatu
proses penyelenggaraan atau pengurusan ruang dimana dilakukan kegiatan belajar
mengajar. Fungsi pengelolaan kelas sangat mendasar sekali, karena kegiatan guru
dalam mengelola kelas meliputi kegiatan mengelola tingkah laku peserta didik dalam kelas untuk menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses
kelompok.
Guru sebagai pengelola kelas
merupakan orang yang mempunyai peranan yang strategis yaitu, orang yang
merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di kelas. Orang yang akan
mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek peserta didik.
Proses pembelajaran dapat dilakukan
di dalam kelas maupun di luar kelas, baik melalui moving kelas maupun kelas
permanen. Namun kegiatan di kelas merupakan salah satu kegiatan pembelajaran
yang prosentasenya lebih besar jika dibandingkan dengan kegiatan di luar kelas.
Oleh karena itu situasi kelas, sarana dan prasarana kelas sangat mendukung
kelancaran jalannya proses pembelajaran. Kelancaran proses pembelajaran
merupakan salah satu elemen yang mampu mendongkrak prestasi siswa, oleh karena
itu diperlukan kerja sama antara guru bidang studi dengan wali kelas.
Wali kelas merupakan wakil dari
pihak sekolah yang senantiasa diharapkan dapat mendampingi, memotifasi dan
memonitor kegiatan siswa baik kegiatan KBM di kelas maupun kegiatan ekstra yang
diselenggarakan di sekolah.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen kelas?
2. Apakah tujuan, aspek, fungsi dan masalah dari manajemen kelas?
3. Bagaimanakah bentuk pendekatan dalam manajemen kelas?
4. Bagaimana syarat-syarat untuk menjadi
wali kelas?
5. Bagaimana implementasi pembelajaran di
sekolah dasar?
C.
Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian manajemen kelas dalam
pembelajaran.
2. Untuk menjelaskan tujuan, aspek dan fungsi dari manajemen kelas.
3. Untuk mendeskripsikan bentuk pendekatan dalam manajemen kelas.
4. Untuk mengetahui syarat-syarat untuk
menjadi wali kelas.
5. Untuk mengetahui implementasi
pembealajaran di sekolah dasar.
BAB
II
PEMBAHASAN
Manajemen
Wali Kelas Dalam Pembelajaran
A.
Pengertian Manajemen
Kelas
Manajemen
berasal
dari kata management yang berarti pengelolaan, artinya
proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan
pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian
tujuan. Manajemen
kelas adalah mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang
memungkinkan siswa dalam kelas tersebut untuk dapat belajar dengan efektif
dan efisien.
Menurut Suharsimi Arikunto (1988) suatu usaha yang dilakukan guru untuk membantu
dalam menciptkan suatu kondisi belajar yang optimal.
Pengertian lain pula dikemukaan yaitu, sebagai proses seleksi tindakan yang diajukan guru dalam fungsinya. Sebagai penanggung jawab kelas dan seleksi penggunaan
alat-alat belajar yang tepat dan sesuai dengan masalah yang terdapat pada karakteristik kelas yang dihadapi.
Terdapat dua macam masalah pengelolaan kelas, yaitu :
1.
Masalah Individual :
a.
Attention getting
behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
b.
Power seeking
behaviors (pola perilaku menunjukkan
kekuatan).
c.
Revenge seeking
behaviors (pola perilaku menunjukkan
balas dendam).
d.
Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Dengan demikian masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai
bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan
dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok.
2. Masalah Kelompok :
a. Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin,
suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
b. Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah
disepakati sebelumnya.
c. Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang
anggotanya.
d. "Membombong” anggota kelas yang melanggar norma
kelompok.
e. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari
tugas yang tengah digarap.
f. Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada
guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu
menyesuakan diri dengan keadaan baru.
B.
Sikap Guru dan Pendekatan yang Digunakan dalam
Pengelolaan Kelas
Untuk memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas hendaknya
guru bersikap seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2006:185) yaitu :
1. Hangat dan antusias, guru yang hangat dan akrab pada
murid akan menunjukkan antusias pada tugasnya.
2. Menggunakan kata-kata, tindakan, cara kerja dan
bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan kegairahan murid untuk belajar.
3. Bervariasi dalam penggunaan alat atau media pola interaksi
antara guru dan murid.
4. Guru luwes untuk mengubah strategi mengajarnya.
5. Guru harus menekankan pada hal-hala
yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada
hal-hal yang negatif .
6. Guru harus disiplin dalam segala hal.
Tipe
kepemimpinan yang otoriter harus diubah menjadi lebih demokratis, karena tipe
kepemimpinan otoriter menumbuhkan sikap agresif, tetapi murid hanya aktif apabila
ada guru dan apabila guru yang demokratis maka semua aktivitasnya akan menurun.
Tipe kepemimpinan guru yang demokratis lebih mungkin
terbinanya sikap persahabatan guru dan murid dengan dasar saling mempercayai.
Untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal guru
harus menempatkan diri sebagai model, pengembang, perencana, pembimbing dan
fasilitator. Guru sebagai pengelola kelas
sudah menerapkan tiga pendekatan dalam pengelolaan kelas yaitu:
1. Pendekatan Kekuasaan
Sikap konsisten dari seorang guru untuk menjadikan norma atau aturan-aturan
dalam kelas sebagai acuan untuk menegakkan kedisplinan.
2.
Pendekatan Ancaman
Dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi
ancaman yang sifatnya mendidik
3.
Pendekatan Kebebasan
Suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan
sesuatu kapan saja dan dimana saja.
4.
Pendekatan Resep
Dilakukan
dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang
tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang
terjadi di kelas.
5.
Pendekatan Pengajaran
Pendekatan
ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaannya
akan mencegah munculnya masalah tingkah laku murid dan memecahkan masalah itu
bila tidak bisa dicegah.
6.
Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik.
7.
Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan
antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas.
8.
Pendekatan Kerja Kelompok
Pendekatan kerja kelompok, dalam pendekatan ini guru
menciptakan kondisi – kondisi yang memungkinkan kelompok yang produktif, selain
itu guru juga harus dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik.
9.
Pendekatan elektis atau pluralistic
Pendekatan
elektis yaitu guru kelas memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan
situasi yang dihadapi dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan
dalam situasi yang lain mungkin mengkombinasikan ketiga pendekatan tersebut.
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas,
kreatifitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai
pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya.
C.
Bagaimana Syarat-syarat untuk menjadi Wali Kelas
Guru
yang menjadi wali kelas dapat dilihat
dari kemampuan administratif maupun faktor-faktor lain diantaranya :
1.
Perasaan
Sayang
Rasa sayang
menjadi hal yang sangat penting untuk menjadi wali kelas. Jika rasa
sayang guru sebagai wali di sekolah tembus pada anak didik kita, maka akan
timbul simpati dan empati. Hal ini akan sangat berdampak pada kejiwaan
anak-anak. Dengan perasaan sayang mampu mengatasi permasalahan yang terbilang
rumit bahkan kesulitan dan problematika anak yang tidak disampaikan ke orang tuanya
karena berbagai alasan akan mampu dicurhatkan ke guru wali kelasnya.
Problematika yang disembunyikan anak akan dapat teratasi karena kerja sama
dengan walikelas melalui bimbingan dan arahan.
2.
Bertanggung
jawab
Beraneka ragam tanggung jawab yang harus dipikul
seorang guru wali kelas, mulai dari manajemen administrasi kelas sampai dengan
administrasi sekolah yaitu berupa limpahan tanggung jawab untuk menarik dan
mengumpulkan iuran anak-anak. Misalnya uang untuk kegiatan kesiswaan, maka guru
wali kelas mendapat mandat dari sekolah untuk mengelola kelas serta dari orang
tua untuk ikut memimbing dan mengawasi selama mengikuti kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Jelas tidaklah ringan yang harus dilakukan seorang wali
kelas. Untuk itu tanpa memiliki rasa tanggung jawab akan menjadi mustahil
terciptanya harapan sesuai dengan keinginan sekolah serta orang tua.
3.
Terbuka
Untuk menciptakan suasana keterbukaan, maka seorang
wali kelas harus mampu membawa permasalahan yang dihadapi kelas diselesaikan
secara terbuka dengan mengkaji permasalahan yang dihadapi. Menyelesaikan
masalah tanpa membedakan anak satu dengan yang lainnya serta tanpa
menutup-nutupi, artinya yang benar dikatakan benar yang salah dikatakan salah.
Apabila berlaku tidak adil, maka akan terdapat kelompok-kelompok siswa yang
biasanya akan sulit mengambil keputusan bersama karena masing-masing kelompok
akan mencari kebenaran sendiri- sendiri.
4.
Disiplin dan
Tepat Waktu
Menerapkan disiplin dan tepat waktu membutuhkan suatu
sikap serta kesabaran. Bagaimana tidak? Di dalam kelas terdapat
individu-individu yang terdiri dari karakter yang berbeda-beda oleh karena itu
masing-masing siswa juga berbeda. Ada siswa yang sudah terbentuk
kedisiplinannya di lingkungan keluarganya, namun tidak jarang yang terbiasa
hidup bebas. Rendahnya sikap disiplin pada siswa akan tercermin pada saat-saat
guru wali kelas meminta biodata untuk diisikan dalam data siswa. Pada saat
mengumpulkan buku rapot, pada saat kelas mengadakan iuran-iuran dan banyak hal
yang dapat digunakan sebagai patokan pada anak yang disiplin atau tidak. Dengan
sikap wali kelas yang selalu tidak memberikan ruang waktu /tenggang diharapkan
mampu merubah sikap anak yang kurang disiplin.
5.
Konsisten
dalam Mengambil Keputusan
Permasalahan
di kelas sering muncul tanpa disengaja misalnya jadwal piket yang tidak
diterapkan seperti yang sudah ditentukan bersama. Bahkan sering juga dijumpai
adanya konflik dengan guru pengajar di kelas (biasanya disebabkan oleh suasana
KBM yang kurang mendukung) sehingga guru tidak mau mengajar di kelas. Hal-hal
seperti itulah yang harus dibicarakan bersama dengan anak-anak di kelas
sehingga permasalahan tidak meluas. Apabila tidak ditemukan jalan pemecahannya,
maka guru wali kelas harus mengambil keputusan secara adil, namun secara
konsisten memegang teguh pada keputusan yang telah diambil.
6.
Bijaksana
Agar kita dapat bersikap bijaksana, maka dalam
melihat setiap permasalahan dengan melihat dari banyak sisi, di mana terkadang
dari sisi yang satu baik artinya tidak ada kendala, namun di sisi yang lain
akan membawa dampak yang luas untuk masa yang akan datang. Misalnya kasus
perkelahian antar teman sekelas, jika dilihat dari sisi manapun perkelahian
tetap salah, namun selaku wali kelas harus mampu melihat sisi-sisi lain dari
timbulnya perkelahian ini agar tidak terulang lagi.
7.
Mau
Mendengarkan
Mendengarkan anak didik, maka akan menjadi jalan dalam
menemukan titik terang dari adanya konflik-konflik kecil di kelas. Di samping
itu adanya keinginan-keinginan anak yang perlu dibimbing dan diarahkan serta
memudahkan, dalam mencari solusi atas problematika yang dihadapi anak didik.
Karena dengan menjadi pendengar yang baik, maka si anak akan terbuka dalam
mengutarakan pendapatnya serta mau mendengarkan juga atas nasehat-nasehat yang
kita berikan. Dengan mendengarkan keluh kesahnya, suka citanya, maka akan
terjalin komunikasi dua arah yang saling menguntungkan sehingga rasa sayang
layaknya orang tua kepada anaknya akan tumbuh dan berkemang, hingga mampu
menjadi bahan evaluasi maupun perbaikan diri pribadi ke arah yang positif.
8.
Mampu
memberi Wawasan dan Wacana Minimnya pengetahuan.
Rendahnya kualitas sosial dan ekonomi mengakibatkan
sempitnya wawasan dan wacana kehidupan ke depan. Sehingga akan cenderung
memikirkan sesaat bukan sebaliknya yaitu dampak untuk masa-masa yang akan
datang. Dengan minimnya wawasan dan wacana, maka akan timbul pola hidup yang
simpel bahkan akan cenderung mudah pasrah dengan keadaan, tanpa suatu usaha dan
kerja yang sungguh-sungguh. Misalnya rendahnya wawasan akan pentingnya
pendidikan, akan mengakibatkan anak malas untuk sekolah dan rendahnya motovasi
belajar.
9.
Mampu
Mengontrol, Mengevaluasi, dan Memperbaiki Kontrol kepada anak didik
Mengontrol dalam hal ini tidak harus dengan mengintai
tingkah lakunya sehari-hari, namun bisa dilakukan dengan menjalin komunikasi
dengan anak atau melihat perkembangan anak maupun menjalin komunikasi dengan
orang tua.
Evaluasi dapat
dilakukan dengan mengajak secara bersama-sama apa-apa saja yang telah
dilakukan, dan apa yang harus dilakukan serta bagaimana cara melakukan
agar semua kepentingan yang berbeda-beda tercover semua. Akhirnya semua dengan
sadar akan melakukan penilaian guna perbaikan, baik itu bersifat personal
maupun bersifat untuk kepentingan bersama.
D. Implementasi
Pembelajaran di Sekolah Dasar
1. Persiapan
Persiapan pelaksanaan kegiatan
pembelakaran adalah rencana yang digunakan untuk merealisasikan rancangan yang
telah disusun dalam silabus. Silabus merupakan serangkaian kegiatan atau
pengalaman belajaar yang harus dilewati untuk mencapai ketuntasan kompetensi.
Diantaranya membuat rencana pelaksanaan silabus dalam program tahunan dan
semester pada tiap mata pelajaran serta membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk merealisasikan rancangan yang telah
disusun baik di dalam silabus maupun rencana pembelajaran.
a. Pembelajaran Active Learning
b. Pembelaajaran Kreatif
c. Pembelajaran yang Efektif
d. Pembelajaran yang menyenangkan.
3. Konsep penilaian (Evaluasi)
Evaluasi
adalah suatu proses berkelanjutan tentang penguimpulan dan penafsiran informasi
untuk menilai (assess) keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu
system pengajaran.
Dalam
rangka merancang system pengajaran, setelah tujuan-tujuan dirumuskan, langkah
pertama yang harus dikerjakan adalah mempersispkan rencana evaluasi yang
menyeluruh sebagai rencana awal. Untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Dibutuhkan suatu alat ukur yang akurat, yang dapat diandalkan. penyusunan suatu
instrument pengukuran harus memahami persyaratan tertentu antara lain :
1.
Validitas
2.
Reabilitas
3.
Objektivitas
4.
Pembedaan (diferensiasi)
Evaluasi
diharapkan dapat memberikan gambaran posisi siswa dalam alur proses
pembelajaran dan diarahakan pada indikator kompetensi pencapaian belajar siswa
serta perubahan terhadap tingkah laku (sikap). Evaluasi hendaknya memenuhi
kepatutan sebagai penilaian yang absah, terhandal dan objektif. Keabsahan
sebuah penilaian itu akan tergantung pada jumblah bukti yang dijadikan landasan
evaluasi tersebut.
Hasil Observasi
Observasi
ini telah dilakukan di sekolah dasar atau SD Karangmulya Majasem Cirebon. Dengan
dilakukannya wawancara kapada narasumber seorang guru matematika yang merangkap
pula menjadi wali kelas di kelas 4 SD tersebut adalah beranama Ibu Ina.
Demikian isi wawancara dari obeservasi kami kepada sekolah tersebut.
Observer : Apa syarat-syarat untuk guru yang berhak menjadi wali
kelas?
Ibu Ina : Syarat-syarat
menjadi seorang wali kelas
a. Pendidikan
linier
b. Tidak
ada persyaratn khusus
c. Adanya
tugas dari kepala sekolah
d. Biasanya
perempuan untuk menjadi wali kelas 1
e. Untuk
menjadi wali kelas 6 dipilih yang lebih senior.
Observer : Kapan masa jabatan bagi wali kelas?
Ibu
Ina : Masa jabatan menjadi
seorang wali kelas, adanya kebijakan dari kepala sekolah dan ada pertimbangan dari
kepala sekolah untuk kurikulum 2013 wali kelas tetap dan tidak akan ada perubahan
Observer
: Bagaimana dalam memanajmen
kelas pada proses pembelajaran?
Ibu Ina : Dengan cara mengetahui karakteristik peserta didik,
pengelolaan kelas dengan bak dan menghidupkannya supaya siswanya bisa aktif
dalam belajar serta menjaga hubungan baik dengan orang tua murid.
Observer : Bagaimana untuk menjadi pribadi yang baik sebagai seorang
wali kelas?
Ibu Ina : Pribadi yang baik itu ya yang sesuai dengan kompeten
kita. Contohnya dalam sikap, dengan apa yang peserta didik lihat seperti dalam
tata cara berpakaian pun harus terpenuhi sehingga terlihat rapih. Tidak
mencontohkan suatu hal yang buruk, karena pada saat usia dini rasa ingin tahu
mereka sangat besar dengan apa yg dilihat dan dicontohkan. Serta menjaga
hubungan baik pula dengan orang tua peserta didik.
Observer : Bagaimana menangani masalah peserta didik
dalam menegelola kelas pada saat belajar pembelajaran?
Ibu Ina : Mengetahui karakter pribadi siswa,
menanamkan iman dan taqwa, cara berpakaian rapih,berhubungan baik dengan guru. Bimbingan
konseling dalam pembelajaran yaitu ditanamkan solat, adanya evaluasi, ulangan
harian.
Observer : Apakah ibu punya trik khusus untuk menjadikan
para peserta didik menjadi lebih baik lagi serta bagaimana untuk menangani
sikap anak didik yang sedikit melanggar peraturan seperti bermain game online,
dan lain-lain?
Ibu Ina : Awalnya hanya menyangkup semua kegiatan yang ada di
sekolah kemudian diberi hadiah atau penghargaan berupa reward, diantaranya
bintang hitam dan bintang putih. Contohnya ibadah dalam shalat. Untuk bintang
putihbagi yang rajin sedangkan untuk bintang hitam bagi anak yang malas atau
tidak shalat. Untuk contohnya reward, mudah-mudahan bagi anak yg melanggar bisa
berubah dengan adanya motivasi itu walaupun keinginannya masih ke bintang belum
ke perubahan. Tapi semoga berhasil karna biasa itu menjadi ala terbiasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar