Minggu, 08 November 2015

BIMBINGAN KONSELING

BAB II
PENDIDIKAN ORANG DEWASA
(ANDRAGOGI)

A.      Pengertian Andragogi
Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Dapat juga dikatakan andragogi merupakan suatu ilmu (science) dan seni (art) dalam membantu orang dewasa untuk belajar. Perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. (Knowles:1980)
Perbedaan antara anak-anak dan dewasa dapat ditinjau dari 3 hal yaitu :
a.       Usia  individu yang berumur lebih dari 16 tahun dapat dikatakan sebagai orang dewasa  dan  kurang dari 16 tahun masih disebut anak-anak.
b.      Ciri psikologis individu yang dapat mengarahkan diri sendiri tidak selalu tergantung kepada orang lain, bertanggung jawab, mandiri, berani mengambil resiko, dan mampu  mengambil keputusan merupakan ciri orang dewasa.
c.       Ciri biologis, individu dikatakan dewasa apabila telah menunjukkan tanda-tanda kelamin sekunder.
Pedagogi  adalah  seni  atau  pengetahuan  untuk membimbing atau mengajar  anak. Maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pelatihan bagi orang dewasa, jelas tidak tepat karena  mengandung  makna yang bertentangan. Pada awalnya banyak praktek untuk proses  belajar  dalam  suatu  pendidikan,  yang ditujukan  kepada orang dewasa, bersifat andragogis,  dilakukan  dengan cara-cara yang  pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi  yang  berlaku bagi  pendidikan  anak  diberlakukan bagi kegiatan pendidikan orang dewasa.
Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan  dirinya sendiri, maka dalam  andragogi  yang  terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru  mengajarkan  sesuatu (Learner Centered Training / Teaching).


Beberapa defenisi pendidikan orang dewasa menurut :
1.    UNESCO (Townsend Coles, 1977)
Pendidikan orang dewasa merupakan proses keseluruhan pendidikan yang diorganisasikan, isi, tingkatan, metodenya baik formal dan non-formal. Untuk melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan semula di sekolah akademi, universitas serta latihan kerja, yang membuat orang dianggap dewasa oleh masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya,  meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas. Defenisi diatas menekankan pada pencapaian perkembangan individu dan peningkatan partisipasi sosial.
2.    Bryson
Orang dewasa adalah semua aktifitas pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari, yang hanya menggunakan sebagian waktu dan tenaganya untuk mendapatkan tambahan intelektual.
3.    Reeves etal
Pendidikan orang dewasa adalah suatu usaha yang ditujukan untuk pengembangan diri, dilakukan individu tanpa paksaan legal dan tanpa usaha untuk menjadikan bidang utama kegiatannya.
B.   Karakteritik Pendidikan Orang Dewasa
1.  Memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
2. Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, karena orang dewasa termotivasi untuk belajar dan  ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik serta berprestasi secara personal untuk keputusan dan perwujudan diri.
3. Banyak peranan dan tanggung jawab yang dimiliki, maka akan menimbulkan persaingan terhadap permintaan waktu antar setiap peranan yang dia miliki. Apabila menyebabkan keterbatasan waktu untuk belajar. Maka penting bagi pendidik orang dewasa untuk memiliki sensitifitas dan memahami adanya persaingan penggunaan waktu.
4. Kurang percaya diri atas kemampuan diri yang mereka miliki untuk belajar kembali. Kepercayaan – kepercayaan yang tidak benar tentang belajar, usia lanjut dan faktor fisik  juga dapat meningkatkan ketidakpercayaan diri orang dewasa untuk kembali belajar.
5.  Pengalaman dan tujuan hidup orang dewasa lebih beragam daripada para pemuda. Hal ini dapat dijadikan suatu kekuatan yang positif untuk dapat dimanfaatkan melalui   pertukaran pengalaman dikalangan pembelajar orang dewasa.
6.  Makna belajar bagi orang dewasa, belajar adalah suatu proses mental yang terjadi
            dalam benak seseorang yang melibatkan kegiatan berfikir. Bagi pendidikan orang
            dewasa melalui pengalaman-pengalaman belajar makna belajar diberikan.
C.  Beberapa Asumsi Dasar dan Implikasinya
      1. Konsep Diri
         Konsep diri yang dimiliki orang dewasa berbeda dengan konsep diri anak. Jika konsep diri anak menganggap bahwa dirinya tergantung kepada orang lain. Maka, konsep diri orang dewasa adalah tidak lagi ketergantungan  namun bisa mengambil keputusan dan mampu mengatur diri sendiri. Oleh sebab itu, orang dewasa perlu perlakuan yang sifatnya menghargai khususnya pada pengambilan keputusan. Orang dewasa juga akan menolak apabila kondisi belajar berbeda dengan konsep diri yang ia miliki. Orang dewasa telah mempunyai kemauan sendiri (pengarahan diri) untuk belajar.
v Implikasi :
a.    Iklim belajar diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa.
Seperti : ruangan, kursi, meja dan sejenisnya disusun sesuai keinginan orang dewasa. Dengan demikian diharapkan terciptanya kenyamanan belajar.
b.    Pelajar dilibatkan dalam proses merancang perencanaan belajar.
c.    Pelajar diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajar. Mereka akan lebih
terlibat dan termotivasi untuk belajar jika hal yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan mereka.
2 . Pengalaman :
Perbedaan pengalaman yang dimiliki merupakan akibat dari masa mudanya, dengan seiring berjalannya waktu maka pengalaman yang dimilikinya pun semakin banyak.
Implikasi :
a.    Proses belajar lebih ditekankan pada metode yang menyaring pengalaman mereka, seperti melalui diskusi kelompok, metode kasus, metode insiden kritis, simulasi dll.  Dengan demikian akan lebih banyak keterlibatan diri pada proses belajar.
b.    Penekanan pada proses belajar aplikasi praktis. Untuk memberikan pengenalan konsep baru pengajar memberikan penjelasan melalui pengalaman yang berasal
        dari pelajar itu sendiri.
3. Kesiapan Untuk Belajar
           Kesiapan belajar yang dimiliki individu sebagai akibat dari  peranan sosial yang    
     dimilikinya. Havinghurts (1953) membagi masa dewasa menjadi tiga :
1. Masa dewasa awal (18-30 tahun),
2. Dewasa madya (30-55 tahun)
3. Dewasa akhir (lebih dari 55 tahun).
Pembagian 10 peranan sosial yaitu sebagai pekerja, kawan, orangtua, kepala rumah tangga, anak, warga Negara, anggota organisasi, rekan kerja, anggota keagamaan, pemakai waktu luang.
v Implikasi:
a.    Urutan kurikulum disusun berdasarkan tugas perkembangan bukan berdasarkan
                 urutan mata pelajaran atau kebutuhan lembaga.
b.    Konsep mengenai tugas perkembangan orang dewasa memberikan petunjuk dalam
         belajar kelompok.
4.  Orientasi Terhadap Belajar
            Orang dewasa cenderung mempunyai perspektif untuk secepatnya mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari. Pendidikan bagi orang dewasa dipandang sebagai suatu proses untuk meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah hidup yang ia hadapi.
v Implikasi :
a.  Pendidik berperan sebagai pemberi bantuan kepada pelajar dewasa bukan sebagai
               guru yang mengajar materi.
b. Kurikulum POD tidak berorientasi pada mata pelajaran tertentu tetapi berorientasi pada masalah.
c. Karena orang dewasa berorientasi pada masalah maka pengalaman belajar yang
                 dirancang didasarkan pada masalah dan hal yang menjadi bahan perhatian mereka.
D. Fungsi Dasar
Fungsi dasar pendidikan orang dewasa adalah instruksi, konseling, perkembangan program dan administrasi. Proses pengembangan program melibatkan penilaian pada kebutuhan pelajar, membuat dan mengeksekusi keputusan yang diperlukan dalam aktivitas belajar untuk memposisikan dan mengevaluasi hasil. Keunikan dan keterpusatan fungsi pengembangan program dalam pendidikan orang dewasa berasal dari perbedaan tujuan dan kebutuhan pendidik orang dewasa. Sebuah upaya dilakukan untuk mempertemukan bermacam-macam perubahan individu dan kebutuhan kelompok walaupun berupa program jangka pendek. Hal ini mengikuti pernyataan bahwa pendidikan orang dewasa lebih distandarisasi seperti dalam program remidi atau kesempatan kedua yang mensejajarkan kurikulum pendidikan remaja, dan fungsi pengembangan program tidaklah begitu penting.
E. Tujuan Pendidikan Orang Dewasa
v Houle (1972)  menggambarkan enam orientasi yang dipegang oleh pendidik orang dewasa, yaitu :
1. Memusatkan pada tujuan.
2. Memenuhi kebutuhan dan minat.
3. Menyerupai sekolahan.
4. Menguatkan kepemimpinan.
5. Mengembangkan lembaga pendidikan orang dewasa.
6. Meningkatkan informalisasi.
v Bergeivin mengemukakan tujuan pendidikan orang dewasa sebagai berikut :
a. Membantu pelajar mencapai suatu tingkatan kebahagiaan dan makna hidup.
b. Membantu pelajar memahami dirinya sendiri, bakatnya, keterbatasannya dan     
    hubungan interpersonalnya
c. Membantu mengenali dan memahami kebutuhan lifelong education.
d. Memberikan kondisi dan kesempatan untuk membantu mencapai kemajuan proses
         pematangan secara spiritual, budaya, fisik, politik dan kejujuran.
e. Memberikan kemampuan melek huruf, keterampilan kejujuran dan kesehatan bagi   
         orang dewasa yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk belajar.
F.  Pertimbangan Filosofis Dalam Pendidikan Orang Dewasa
      Berpikir filosofis sangat berguna untuk “Mengetahui prinsip-prinsip apa yang harus atau yang akan dilakukan”. Filsafat berkenaan dengan rangkaian panjang yang berkelanjutan dari common sense manusia disatu pangkal dan akhir cara berpikir filosofis disuatu ujung yang mungkin tak terhingga. Pemikiran filsafat sebagi suatu proses tidak pernah berakhir, sama seperti lifelong education bagi orang dewasa. Kadangkala common sense tidak cukup untuk menjadi penyusun kebijaksanaan pendidikan jangka panjang, maka common sense dalam cara berpikir filosofis perlu untuk diperbaiki dan dijernihkan secara terus menerus, dapat dilakukan dengan pendekatan ilmiah dan pendekatan filosofis.
         Pendekatan ilmiah dengan menentukan masalah spesifik pendidikan dan membatasi variable setepat mungkin. Kemudian menentukan hubungan antar variable untuk memperoleh jawaban yang tepat. Kita harus mencegah variable luar lain mempengaruhi hasil penelitian.
        Pendekatan filosofis merupakan cara pandang yang kompleks. Yang didapat dari berbagai sumber pemikiran, yaitu common sense, tradisi, ilmu pengetahuan hidup, sosial dan sejarah. Pendekatan ini untuk memecahkan masalah berdimensi luas.
Alasan pentingnya berpikir filsafat dalam pendidikan orang dewasa :
1. Perlu acuan pertanyaan dalam menetapkan program yang akan datang.
2. Seringkali pendidik merasa hanya menjadi bagian kecil pada suatu lembaga besar,
    sehingga ia memandang lembaga menjadi sumber acuannya.
3. Perlu landasan pendidikan untuk menilai keterkaitan antar masalah/personal.
4. Pendidik perlu melihat keterkaitan antara pendidikan orang dewasa dengna aktifitas
             masyarakat.
         5. Berpikir filsafat yang dikembangkan dengan baik dapat menyiapkan pendidik.
G.  Prinsip Belajar Untuk Orang Dewasa Menurut Hommonds
Terdapat 4 prinsip belajar yang dapat digunakan untuk mempercepat proses perubahan
Perilaku pelajar yaitu :
  1. Prinsip latihan (praktik), ketika kita telah menerima materi dan melakukan aktifitas yang konkrit dan juga yang tidak nyata seperti aktifitas penggunaan indera maka susunan syaraf dan pusat susunan syaraf. Pelajar akan terdorong untuk mengaplikasikan ilmu yang ia terima sebelumnya. Hal ini akan mempercepat perkembangan dan   perubahan kualitas pelajar.
2. Prinsip hubungan, kejadian atau pengalaman dimasa lampau dapat dijadikan pedoman
    untuk meramalkan akibat atau hasil yang akan mungkin akan terjadi dari suatu proses.  
    Menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman terdahulu.
     3. Prinsip akibat, Dalam pendidikan orang dewasa, emosi, perasaan, lingkungan belajar,
         hingga pendidik yang memberikan materi sangat mempengaruhi keberhasilan atau tidak
         tercapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, sangat diperlukan
         pendidik yang peka terhadap kepuasan pelajar yang berkaitan dengan segala hal yang
         berkaitan dengan proses belajar pendidikan orang dewasa. Dengan adanya kepuasan
     diharapkan pelajar dapat mencapai keberhasilan dan tujuan pembelajaran.
4. Prinsip kesiapan, kesiapan diri pelajar akan menentukan manfaat yang dapat diperoleh
        dari proses belajar. Baik fisik maupun mental pembelajar sangat mempengaruhi proses
        pembelajaran. Dengan adanya kesiapan mental dan fisik diharapkan pelajar dapat
        mencurahkan seluruh perhatiannya pada materi yang sedang dihadapi. Dengan demikian               diharapkan, pelajar dapat memaksimalkan usaha pencapaian dan dapat mengatasi rintangan belajar supaya berprestasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar