BAB II
PENDIDIKAN
ORANG DEWASA
(ANDRAGOGI)
A. Pengertian
Andragogi
Andragogi berasal dari dua kata
dalam bahasa yunani yaitu andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin.
Dapat juga dikatakan andragogi merupakan suatu ilmu (science) dan seni (art)
dalam membantu orang dewasa untuk belajar. Perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata
"paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau
memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi" berarti
seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. (Knowles:1980)
Perbedaan
antara anak-anak dan dewasa dapat ditinjau dari 3 hal yaitu :
a.
Usia individu yang
berumur lebih dari 16 tahun dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan kurang
dari 16 tahun masih disebut anak-anak.
b.
Ciri psikologis individu yang dapat mengarahkan diri sendiri tidak
selalu tergantung kepada orang lain, bertanggung jawab, mandiri, berani
mengambil resiko, dan mampu mengambil
keputusan merupakan ciri orang dewasa.
c.
Ciri biologis, individu dikatakan dewasa apabila telah menunjukkan
tanda-tanda kelamin sekunder.
Pedagogi adalah seni atau pengetahuan untuk membimbing atau mengajar anak. Maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pelatihan bagi
orang dewasa, jelas tidak
tepat karena mengandung makna yang bertentangan. Pada
awalnya banyak praktek untuk proses belajar dalam suatu pendidikan, yang ditujukan kepada orang dewasa, bersifat andragogis, dilakukan dengan
cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan
asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak diberlakukan
bagi kegiatan pendidikan orang dewasa.
Namun karena orang dewasa sebagai
individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya
sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar
adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri
dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training / Teaching).
Beberapa
defenisi pendidikan orang dewasa menurut :
1.
UNESCO (Townsend Coles, 1977)
Pendidikan orang dewasa merupakan proses
keseluruhan pendidikan yang diorganisasikan, isi, tingkatan, metodenya baik
formal dan non-formal. Untuk melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan
semula di sekolah akademi, universitas serta latihan kerja, yang membuat orang dianggap
dewasa oleh masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya, memperkaya
pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi
teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan
perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi
dalam pengembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas. Defenisi
diatas menekankan pada pencapaian perkembangan individu dan peningkatan
partisipasi sosial.
2.
Bryson
Orang dewasa adalah semua aktifitas pendidikan yang
dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari, yang hanya menggunakan
sebagian waktu dan tenaganya untuk mendapatkan tambahan intelektual.
3.
Reeves etal
Pendidikan orang dewasa adalah suatu usaha yang
ditujukan untuk pengembangan diri, dilakukan individu tanpa paksaan legal dan
tanpa usaha untuk menjadikan bidang utama kegiatannya.
B. Karakteritik
Pendidikan Orang Dewasa
1. Memiliki
lebih banyak pengalaman hidup.
2. Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, karena
orang dewasa termotivasi untuk belajar dan ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik
serta berprestasi secara personal untuk keputusan dan perwujudan diri.
3. Banyak peranan dan tanggung jawab yang dimiliki,
maka akan menimbulkan persaingan terhadap permintaan waktu antar setiap peranan
yang dia miliki. Apabila menyebabkan keterbatasan waktu untuk belajar. Maka penting
bagi pendidik orang dewasa untuk memiliki sensitifitas dan memahami adanya
persaingan penggunaan waktu.
4. Kurang percaya diri atas kemampuan diri yang mereka
miliki untuk belajar kembali. Kepercayaan – kepercayaan yang tidak benar
tentang belajar, usia lanjut dan faktor fisik juga dapat meningkatkan ketidakpercayaan diri
orang dewasa untuk kembali belajar.
5. Pengalaman
dan tujuan hidup orang dewasa lebih beragam daripada para pemuda. Hal ini dapat
dijadikan suatu kekuatan yang positif untuk dapat dimanfaatkan melalui pertukaran pengalaman dikalangan pembelajar
orang dewasa.
6. Makna
belajar bagi orang dewasa, belajar adalah suatu proses mental yang terjadi
dalam benak seseorang yang melibatkan
kegiatan berfikir. Bagi pendidikan orang
dewasa melalui pengalaman-pengalaman belajar
makna belajar diberikan.
C. Beberapa Asumsi Dasar dan Implikasinya
1. Konsep Diri
Konsep diri yang dimiliki orang dewasa
berbeda dengan konsep diri anak. Jika konsep diri anak menganggap bahwa dirinya
tergantung kepada orang lain. Maka, konsep diri orang dewasa adalah tidak lagi ketergantungan namun bisa mengambil keputusan dan mampu
mengatur diri sendiri. Oleh sebab itu, orang dewasa perlu perlakuan yang
sifatnya menghargai khususnya pada pengambilan keputusan. Orang dewasa juga
akan menolak apabila kondisi belajar berbeda dengan konsep diri yang ia miliki.
Orang dewasa telah mempunyai kemauan sendiri (pengarahan diri) untuk belajar.
v Implikasi :
a.
Iklim
belajar diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa.
Seperti : ruangan, kursi, meja dan
sejenisnya disusun sesuai keinginan orang dewasa. Dengan demikian diharapkan
terciptanya kenyamanan belajar.
b.
Pelajar
dilibatkan dalam proses merancang perencanaan belajar.
c.
Pelajar
diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajar. Mereka akan lebih
terlibat dan termotivasi untuk belajar jika hal yang
akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan mereka.
2 . Pengalaman :
Perbedaan pengalaman yang dimiliki
merupakan akibat dari masa mudanya, dengan seiring berjalannya waktu maka
pengalaman yang dimilikinya pun semakin banyak.
Implikasi :
Implikasi :
a.
Proses
belajar lebih ditekankan pada metode yang menyaring pengalaman mereka, seperti
melalui diskusi kelompok, metode kasus, metode insiden kritis, simulasi
dll. Dengan demikian akan lebih banyak
keterlibatan diri pada proses belajar.
b.
Penekanan
pada proses belajar aplikasi praktis. Untuk memberikan pengenalan konsep baru
pengajar memberikan penjelasan melalui pengalaman yang berasal
dari pelajar itu sendiri.
3. Kesiapan Untuk Belajar
Kesiapan belajar yang dimiliki
individu sebagai akibat dari peranan
sosial yang
dimilikinya. Havinghurts (1953)
membagi masa dewasa menjadi tiga :
1. Masa dewasa awal (18-30 tahun),
2. Dewasa madya (30-55 tahun)
3. Dewasa akhir (lebih dari 55
tahun).
Pembagian 10 peranan sosial yaitu sebagai pekerja,
kawan, orangtua, kepala rumah tangga, anak, warga Negara, anggota organisasi,
rekan kerja, anggota keagamaan, pemakai waktu luang.
v Implikasi:
a. Urutan kurikulum disusun berdasarkan tugas
perkembangan bukan berdasarkan
urutan mata pelajaran atau
kebutuhan lembaga.
b.
Konsep
mengenai tugas perkembangan orang dewasa memberikan petunjuk dalam
belajar kelompok.
4.
Orientasi Terhadap Belajar
Orang dewasa cenderung mempunyai
perspektif untuk secepatnya mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari.
Pendidikan bagi orang dewasa dipandang sebagai suatu proses untuk meningkatkan
kemampuan dalam memecahkan masalah hidup yang ia hadapi.
v Implikasi :
a.
Pendidik berperan sebagai pemberi bantuan kepada pelajar dewasa bukan
sebagai
guru yang mengajar materi.
b. Kurikulum
POD tidak berorientasi pada mata pelajaran tertentu tetapi berorientasi pada
masalah.
c. Karena
orang dewasa berorientasi pada masalah maka pengalaman belajar yang
dirancang didasarkan pada
masalah dan hal yang menjadi bahan perhatian mereka.
D. Fungsi
Dasar
Fungsi dasar
pendidikan orang dewasa adalah instruksi, konseling, perkembangan program dan
administrasi. Proses pengembangan program melibatkan penilaian pada kebutuhan
pelajar, membuat dan mengeksekusi keputusan yang diperlukan dalam aktivitas
belajar untuk memposisikan dan mengevaluasi hasil. Keunikan dan keterpusatan
fungsi pengembangan program dalam pendidikan orang dewasa berasal dari
perbedaan tujuan dan kebutuhan pendidik orang dewasa. Sebuah upaya dilakukan
untuk mempertemukan bermacam-macam perubahan individu dan kebutuhan kelompok
walaupun berupa program jangka pendek. Hal ini mengikuti pernyataan bahwa
pendidikan orang dewasa lebih distandarisasi seperti dalam program remidi atau
kesempatan kedua yang mensejajarkan kurikulum pendidikan remaja, dan fungsi
pengembangan program tidaklah begitu penting.
E. Tujuan
Pendidikan Orang Dewasa
v Houle (1972) menggambarkan enam orientasi yang dipegang
oleh pendidik orang dewasa, yaitu :
1. Memusatkan pada tujuan.
2. Memenuhi kebutuhan dan minat.
3. Menyerupai sekolahan.
4. Menguatkan kepemimpinan.
5. Mengembangkan lembaga pendidikan orang dewasa.
6. Meningkatkan informalisasi.
1. Memusatkan pada tujuan.
2. Memenuhi kebutuhan dan minat.
3. Menyerupai sekolahan.
4. Menguatkan kepemimpinan.
5. Mengembangkan lembaga pendidikan orang dewasa.
6. Meningkatkan informalisasi.
v Bergeivin mengemukakan tujuan pendidikan orang dewasa
sebagai berikut :
a. Membantu pelajar mencapai suatu tingkatan kebahagiaan dan makna hidup.
b. Membantu pelajar memahami dirinya sendiri, bakatnya, keterbatasannya dan
a. Membantu pelajar mencapai suatu tingkatan kebahagiaan dan makna hidup.
b. Membantu pelajar memahami dirinya sendiri, bakatnya, keterbatasannya dan
hubungan interpersonalnya
c. Membantu mengenali dan memahami kebutuhan lifelong education.
d. Memberikan kondisi dan kesempatan untuk membantu mencapai kemajuan proses
c. Membantu mengenali dan memahami kebutuhan lifelong education.
d. Memberikan kondisi dan kesempatan untuk membantu mencapai kemajuan proses
pematangan
secara spiritual, budaya, fisik, politik dan kejujuran.
e. Memberikan kemampuan melek huruf, keterampilan kejujuran dan kesehatan bagi
e. Memberikan kemampuan melek huruf, keterampilan kejujuran dan kesehatan bagi
orang
dewasa yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk belajar.
F. Pertimbangan Filosofis Dalam Pendidikan
Orang Dewasa
Berpikir filosofis sangat berguna untuk
“Mengetahui prinsip-prinsip apa yang harus atau yang akan dilakukan”. Filsafat
berkenaan dengan rangkaian panjang yang berkelanjutan dari common sense
manusia disatu pangkal dan akhir cara berpikir filosofis disuatu ujung yang
mungkin tak terhingga. Pemikiran filsafat sebagi suatu proses tidak pernah
berakhir, sama seperti lifelong education bagi orang dewasa. Kadangkala common
sense tidak cukup untuk menjadi penyusun kebijaksanaan pendidikan jangka
panjang, maka common sense dalam cara berpikir filosofis perlu untuk
diperbaiki dan dijernihkan secara terus menerus, dapat dilakukan dengan
pendekatan ilmiah dan pendekatan filosofis.
Pendekatan ilmiah dengan menentukan
masalah spesifik pendidikan dan membatasi variable setepat mungkin. Kemudian menentukan
hubungan antar variable untuk memperoleh jawaban yang tepat. Kita harus
mencegah variable luar lain mempengaruhi hasil penelitian.
Pendekatan filosofis merupakan cara pandang yang kompleks. Yang didapat dari berbagai sumber pemikiran, yaitu common sense, tradisi, ilmu pengetahuan hidup, sosial dan sejarah. Pendekatan ini untuk memecahkan masalah berdimensi luas.
Pendekatan filosofis merupakan cara pandang yang kompleks. Yang didapat dari berbagai sumber pemikiran, yaitu common sense, tradisi, ilmu pengetahuan hidup, sosial dan sejarah. Pendekatan ini untuk memecahkan masalah berdimensi luas.
Alasan
pentingnya berpikir filsafat dalam pendidikan orang dewasa :
1. Perlu
acuan pertanyaan dalam menetapkan program yang akan datang.
2. Seringkali
pendidik merasa hanya menjadi bagian kecil pada suatu lembaga besar,
sehingga ia memandang lembaga menjadi
sumber acuannya.
3. Perlu
landasan pendidikan untuk menilai keterkaitan antar masalah/personal.
4. Pendidik
perlu melihat keterkaitan antara pendidikan orang dewasa dengna aktifitas
masyarakat.
5. Berpikir filsafat yang dikembangkan
dengan baik dapat menyiapkan pendidik.
G. Prinsip Belajar Untuk Orang Dewasa
Menurut Hommonds
Terdapat 4
prinsip belajar yang dapat digunakan untuk mempercepat proses perubahan
Perilaku
pelajar yaitu :
1. Prinsip latihan (praktik), ketika
kita telah menerima materi dan melakukan aktifitas yang konkrit dan juga yang
tidak nyata seperti aktifitas penggunaan indera maka susunan syaraf dan pusat
susunan syaraf. Pelajar akan terdorong untuk mengaplikasikan ilmu yang ia
terima sebelumnya. Hal ini akan mempercepat perkembangan dan perubahan kualitas pelajar.
2. Prinsip
hubungan, kejadian atau pengalaman dimasa lampau dapat dijadikan pedoman
untuk meramalkan akibat atau hasil yang
akan mungkin akan terjadi dari suatu proses.
Menghubungkan pengalaman baru dengan
pengalaman terdahulu.
3. Prinsip akibat, Dalam pendidikan
orang dewasa, emosi, perasaan, lingkungan belajar,
hingga pendidik yang memberikan materi
sangat mempengaruhi keberhasilan atau tidak
tercapainya keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Oleh karena itu, sangat diperlukan
pendidik yang peka terhadap kepuasan
pelajar yang berkaitan dengan segala hal yang
berkaitan dengan proses belajar pendidikan
orang dewasa. Dengan adanya kepuasan
diharapkan pelajar dapat mencapai
keberhasilan dan tujuan pembelajaran.
4. Prinsip kesiapan, kesiapan diri pelajar akan menentukan manfaat
yang dapat diperoleh
dari proses belajar. Baik fisik maupun
mental pembelajar sangat mempengaruhi proses
pembelajaran. Dengan adanya kesiapan mental
dan fisik diharapkan pelajar dapat
mencurahkan seluruh perhatiannya pada
materi yang sedang dihadapi. Dengan demikian diharapkan, pelajar dapat
memaksimalkan usaha pencapaian dan dapat mengatasi rintangan belajar supaya
berprestasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar